Perbaiki Dunia

Pikiran abad ini masih dikendalikan oleh Fisika Newtonian yang bertumpu pada materi. Abad ke-20, ketika fisika kuantum masuk untuk menggulirkan dialektika baru, kita tersentak tapi masih gamang menerimanya. Rasanya seperti memasuki dunia abrakadabra.

Materi bisa diurai, bisa dilacak. Pergerakannya bisa dikira. Rumus-rumus, yang bertumpu pada matematika dan fisika newton, digunakan untuk itu, termasuk dalam farmakologi.

Enerji tak dapat diurai, tak bisa dibelah, tak bisa dipisahkan. Ia sebuah kesatuan. Tak hanya kesatuan dalam tubuhmu, tapi juga bersatu dengan ruang di luar tubuhmu, bahkan meluas hingga ke ruang angkasa.

Kamu hidup oleh enerji di dalam tubuhmu.
Kamu hidup di dalam enerji.
Enerji ada di dalam dirimu.
Enerji ada di luar tubuhmu.

Ruang, entah di dalam tubuh mau pun di luar tubuhmu adalah medan enerji. Mekanika kuantum membuktikan bahwa ruang bukan kosong. Di dalam ruang, baik di dalam mau pun di luar tubuhmu, terdapat dark matter, ada dark energy.

Alinea di atas bukan syair pujangga, bukan firman Tuhan, tapi pernyataan saintifik.

Budhisme, terutama di India, mengajarkan kepada kita bahwa ada 7 medan enerji di tubuhmu. Well, gak semua sepakat dengan 7; ada yang bilang 5, sebagian bilang 9. Tapi semua bersependapat bahwa titik enerji paling dahsyat, paling sakti, paling mencengangkan, berada di ubun-ubun, di titik tengah bagian atas kepalamu.

Sebaliknya, medan enerji paling urdu, paling animalistik, paling purba, berada pada titik yang berjarak 3 senti di atas penismu atau vaginamu. Kalau titik itu aktif, tante paling jalang mana pun takluk oleh keperkasaanmu—Om paling ganteng dan paling jantan apa pun tergial-gial di bawah tubuhmu.

Tujuh, atau lima, atau sembilan, medan tersebut harus aktif agar hidupmu sempurna, seimbang.

Skematik Pohon Kehidupan, Tree of Life, dalam Kabala ternyata juga mengaminkan keberadaan medan-medan enerji tersebut

Bagaimana mengaktifkannya?

Meditasi. Itu satu-satunya cara. Di situ saya berbeda.

Sains tidak mengakui Chakra. Sebagian dari para pegiatnya mengutak-atik-gatuk, membuat definisi-definisi yang seolah mengakui semua itu.

Keliru. Sesat.

Tapi sains, setidaknya, mengakui keberadaan 2 medan enerji dahsyat: di otak dan di jantung—sebagian juga mengatakan di lambung, di titik yang oleh orang Jepang disebut Hara (hara-kiri).

Heartmath Institute di Amerika Serikat, adalah lembaga yang melakukan penyelidikan besar-besaran, ekstensif, pada medan enerji di jantung. Tertemukan oleh mereka bahwa jantung—sebagaimana otak—memiliki neuron, memiliki memori, memiliki medan elektromagnetik.

TIMUR-BARAT
Orang menyebut dunia penyembuhan barat dengan istilah medika.
Orang menyebut dunia penyembuhan timur dengan istilah klenik.

Padahal klenik berakar pada kata “klinik”—dimencongkan menjadi klenik, sesuatu yang berbeda dari klinika.

Keduanya sama. Tapi karena pikiran kita dijajah oleh Fisika Newtonian, kita menganggap dunia penyembuhan timur berada di luar sains, berasal dari sesuatu yang entah-entah.

Sains mensyaratkan bahwa sesuatu yang benar harus terbukti, terformulasi sehingga bisa direproduksi. Kalau kamu menderita flu, maka kamu butuh ibuprofein. Penelitian membuktikan bahwa saban kamu flu, sebutir ibuprofein berdaya memulihkan tubuhmu. Terbukti. Penggunaannya terformulasi sehingga bisa ditakar, bisa diulang dan hasilnya sama. Itu saintifik.

Wedang uwuh juga berkemampuan menghasilkan hal serupa. Sayang sampai sekarang belum satu dari kita bisa memformulasikannya: berapa takaran wedang uwuh sekali minum, unsur-unsur apa saja yang harus terdapat di dalamnya, berapa kali minum hingga tubuhmu pulih. Itu berlangsung acak, sa’karepmu, minum terus berkali-kali hingga tubuhmu pulih. Pokoknya, berhasilakhir sama: sembuh.

Jamu belum kita anggap sebagai sesuatu yang saintifik. Fisika Newtonian masih merajalela. Lalu dia termasuk apa? Gak tahu. Untuk jamu Tolak Angin atau Antangin, karena sudah popular dan diiklankan Rhenald Kasali, kita tak lagi menganggapnya klenik meski belum terhitung saintifik. Untuk jamu sambiloto dan ramu-ramuan maha aneh, kita anggap itu klenik. Kacau! Gak jelas!

Selain jamu-jamuan dan ramuan, dunia penyembuhan timur juga menggunakan hal-hal non materi: chi, reiki, daya prana, olah-napas, meditasi, qigong, dan lain-lain. Ini berbeda dengan klinika dan klenik. Dunia yang satu ini tak membutuhkan faktor eksternal. Mereka mengaktifkan medan enerji, dan medan enerji tersebut bersekutu dengan enerji jagad raya di luar tubuhnya.

Kristen Maha Suci menyebut itu Kuasa Gelap.
Dunia kedokteran menyebut itu klenik.

Berbeda dengan kedokteran barat, penyembuhan dengan menggunakan daya prana atau meditasi tak selalu berhasil. Di sekeliling saya terdapat beberapa penderita kanker yang bermeditasi selama berbulan-bulan namun tak kunjung sembuh. Ada yang sembuh, lebih banyak yang tak sembuh.

Di sekeliling kita juga terdapat jutaan penderita kanker yang menjalani terapi kemo, penyinaran, operasi, dan semua yang serbah canggih, ternyata juga tak kunjung sembuh. Tapi kita berkukuh menaruh penyembuhan Timur di jurang maha terjal dan kedokteran Barat di langit maha tinggi.

Beberapa saintis merasakan gatal di pungung dan di kepala. Mereka memutuskan untuk melakukan penyelidikan terhadap penyembuhan Timur.

Apa yang mau diselidik dari seseorang yang bermeditasi? Harus ada yang bisa diukur, bisa ditera, sehingga bisa disimpulkan.

Neurosains melangkah ke depan. Mereka kaji gelombang otak pada orang-orang yang bermeditasi. 19 katup dilekatkan di kepala lalu dihubungkan dengan kabel ke alat pencacah gelombang otak: EEG, electroencophalogram. Alat tersebut memunculkan 19 baris grafik di layar.

Segera tersimpulkan: pada orang-orang yang tak bermeditasi 19 baris gelombang bergerak acak. Pada satu titik, gelombang di baris-1 bergerak ke atas, gelombang baris-2 bergerak datar, gelombang baris-3 bergerak ke bawah. Di sebagian baris meski sama-sama bergerak ke atas, sudut elevasinya berbeda. Demikian juga yang bergerak turun. (lihat gambar-1).
Hal berbeda ditemukan pada gelombang otak responden yang bermeditasi. Pada titik awal sebagian tidak beraturan. Semakin dalam meditasi dimasuki, pelan-pelan 19 gelombang tersebut bergerak teratur sehingga pada titik puncak mereka selaras, seirama, koheren. (lihat gambar-2).
Heartmath institute melanjutkannya dengan memerhatikan serta membandingkan 19 baris grafik EEG dengan 12 baris grafik dari ECG (electrocardiogram)—rekaman jantung. Pada mereka yang bermeditasi di kedalaman paling dasar, 21 baris grafik tersebut berada dalam keadaan koheren.

Di kawasan itulah ternyata KESEMBUHAN TERJADI.

Penelitian lebih lanjut dilakukan kepada para shaman, para “dukun”, para cenayang. Mereka dipersila melakukan penyembuhan kepada para pasien dalam keadaan terukur (gelombang di kepala dan di jantung ditera oleh EEG dan EKG). Para manusia unik ini tak tahu apa yang hendak dituju dengan pengukuran tersebut. Mereka hanya diminta melakukan terapi terhadap pasien di detik mana saja yang mereka anggap tepat.

Hasilnya?
Mau sekuat apa pun daya mereka “kerahkan”, kesembuhan tidak terjadi di Kawasan yang tidak koheren. Sebaliknya, kesembuhan terjadi di Kawasan waktu saat gelombang di otak dan di jantung berada dalam keadaan koheren.

Kesimpulan: Kawasan koheren itulah yang harus dicapai, dituju, dan dimasuki, lalu komunikasi ke medan penyakit (jantung, paru, kanker, dan lain-lain) dilakukan oleh gelombang otak dan jantung.

Koherensi hanya dapat dicapai dengan meditasi, entah untuk mengalirkan prana atau chi atau terapi reiki. Itu kata para saintis kuantum.

Saya tolak kesimpulan tunggal itu.

Comments