Stephen Hawking


Rabu, tanggal 14 Maret 2018, dunia dikejutkan oleh meninggalnya fisikawan jenius, Prof. Stephen Hawking. Prof. Stephen Hawking, selama ini dikenal sebagai fisikawan kosmologi, terutama theory-nya tentang Balckhole dan Singularitas atau pendapatnya tentang terciptanya alam semesta. Menurut Prof. Stephen Hawking, alam semesta bisa tercipta sendiri, tanpa ada campur tangan tuhan.


Statemen-statemen Prof. Stephen Hawking memang banyak yang mengindikasikan bahwa dirinya adalah seorang atheis, misal statemennya tentang "Sorga dan Neraka adalah dongeng bagi manusia yg takut akan kegelapan". Selain itu Prof. Stephen Hawking tidak mempercayai konsep kehidupan yg abadi atau afterlife, Prof. Stephen Hawking menganggap bahwa otak seperti halnya kinerja Komputer, otak akan berhenti bekerja setelah terjadinya kematian atau setelah ada komponennya yg telah rusak, persis komputer yang komponennya telah rusak, sehingga tidak bisa bekerja lagi.


Dalam pandangan saya, Prof. Stephen Hawking banyak terinspirasi atau terpengaruh oleh filsafat materialisme, atau filsafat atomisme, filsafat yang menganggap bahwa alam semesta tersusun oleh atom atom, atau partikel yang jumlahnya super trillion dan antar atom atom tersebut saling berinteraksi antara satu dengan seluruh atom lainnya.


Filsafat materialisme atau atomisme, sebenarnya sudah ada sejak era filsuf Yunani kuno, filsafat ini ditheorykan oleh filsuf Epicurus. Di era pencerahan eropa atau "Age of Enlightenment", filsuf seperti Ludwig Feuerbach kembali mengulas filsafat ini, dan juga filsuf besar Karl Marx, menyelesaikan pendidikan doktoralnya dengan thesis filsafat atomisme dari Epicurus. Karl Marx lantas menyatukan filsafat Dialektika-nya filsuf Jerman GWF Hegel, dengan Materialisme-nya Ludwig Feuerbach, menjadi filsafat dialektika materialisme.


Saya juga membaca karya Vladimir Lenin tentang Materialisme, terutama bukunya Vladimir Lenin yang berjudul "Materialism and Empirio-Criticsm". Di dalam buku itu Vladimir Lenin banyak mengkritisi fisikawan yang masih percaya takhyul. Buku karya Lenin tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan fisika terutama Newtonian Mechanic, didalam rumus Newton dikenal rumus F=MA, sehingga bisa diartikan bahwa yang bisa mempunyai kekuatan atau gerakan adalah materi atau partikel, tiada materi yang tidak punya kekuatan, dan tidak ada kekuatan tanpa materi, begitu kira kira Vladimir Lenin menjelaskan tentang alam semesta dan mistisisme.


Kembali kepada Prof. Stephen Hawking, beliau selain menjadi fisikawan jenius, beliau juga seperti fisikawan jenius lainnya seperti Albert Einstein, maupun Richard Feynman, juga banyak dan peduli dengan kondisi politik dan sosial. Prof. Stephen Hawking juga mengkritisi kapitalisme, terutama inequality atau kesenjangan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi. Selain itu Prof. Hawking juga merupakan aktivis anti perang, beliau menolak perang Vietnam maupun perang Iraq, dan juga anti dengan zionisme yang dilakukan oleh negeri Israel. Selain itu, Prof. Stephen Hawking juga menyoroti kemajuan teknologi, terutama di bidang AI, atau Artificial Intelligence. Bagi Prof. Stephen Hawking, kemajuan teknologi AI bisa membawa bencana terhadap masa depan manusia, karena peran manusia bisa tergantikan oleh AI, atau AI bisa lebih cerdas daripada manusia.


Prof. Stephen Hawking, selama hidupnya memang tidak memperoleh hadiah nobel di bidang fisika, karena theory beliau berbasis mathematika dan belum bisa dibuktikan secara empiris atau experimental, namun karya karya beliau tentang alam semesta maupun tentang Blackhole, sangat menginspirasi dunia, terutama ilmuwan fisika lainnya. Selain karya karyanya yang sangat menginspirasi, yang juga saya kagumi dari Prof. Stephen Hawking adalah semangat hidupnya, ketika dokter memvonis bahwa hidupnya tinggal beberapa tahun lagi, karena mengidap penyakit "motor neuron" atau ALS ( Amyotrophic Lateral Sclerosis ), di tahun 1963,  Prof. Stephen Hawking tidak patah arang atau menyerah, meski juga pernah mengalami depresi setelah divonis oleh dokter, namun semangat-nya yang tinggi membuat Prof. Stephen Hawking bangkit dan berkarya meski dalam keadaan penuh keterbatasan akibat penyakitnya. Terbukti, vonis dokter keliru, dan Prof. Stephen Hawking bisa hidup jauh lebih lama daripada vonis dokter, atau bisa menjalani hidup sampai 14 Maret 2018.  Pada tahun 1985, Prof. Stephen Hawking juga terkena penyakit pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi sehingga ia tidak dapat berbicara sama sekali. Karena tidak bisa berbicara, maka seorang ilmuwan Cambridge membuat alat yang memperbolehkan Hawking menulis apa yang ingin ia katakan pada sebuah komputer, lalu akan dilafalkan melalui sebuah voice synthesizer.


Prof. Stephen Hawking, meski menderita penyakit saraf, namun beliau cukup produktif didalam berkarya dan tetap melanjutkan studinya di Cambridge University, dan sukses menjadi fisikawan jenius setelah era Albert Einstein.
Prof. Stephen Hawking, selain berkarya tentang blackhole, beliau juga memberikan kontribusi penting, misal dukungannya terhadap theory probabilitas atau uncertainty yang digagas oleh Werner Heisenberg, namun disanggah oleh fisikawan Albert Einstein yang mempercayai determinasi didalam ilmu fisika. Salah satu statemen Prof. Stephen Hawking adalah “So Einstein was wrong when he said, “God does not play dice.” Consideration of black holes suggests, not only that God does play dice, but that he sometimes confuses us by throwing them where they can't be seen.”

Akhir kata, RIP untuk Prof. Stephen Hawking, salah satu fisikawan terbesar abad ini, setelah era Albert Einstein.


Comments