“Kritik terhadap rasionalitas murni.”
Perdebatan yang amat menakjubkan, dan sengit muncul dikemudian hari, ketika kritisisme kant terhadap metafisika tradisional melaju deras mengkritik pola metafisika abad pertengahan, dengan pola pikir yang cenderung metafisis-religius. Kant mengkritik hal tersebut, kemudian merumuskan metafisikanya yang baru, yang banyak para filsuf menganggap memang kant membuat sebuah cara pandang yang berbeda terhadap metafisika sebagai salah satu cabang filsafat, baik secara definitif dan sudut pandang serta gaya metafisiskanya yang masih kental dengan epistemologi, guna mencari substansi utama apa yang menyebabakan sebuah realitas itu terjadi.
Sebelum jerman moncer dengan filsafat yang dibawa oleh kant, inggris dan perancis sudah mendahuluinya. Deisme yang muncul di inggris dan perancis, menjadi sebuah paham yang melandaskan bahwa tuhan hanyalah memproduksi hukum-hukum alam saja, sehingga tuhan tidak ikut campur dan andil dalam terbentuknya sejarah dan berbagai perubahan pada dunia, karena otoritas tersebut mutlak oleh gerak manusia. Alhasil mereka yang termakan pada uraian tersebut, mereka lebih memilih untuk mengkritik agama mereka yang suci, merasa skeptis, dan mengambil tindakan untum menjadi seorang atheis.
Berbanding terbalik dengan kedua negara tersebut, orang-orang jerman justru tetap melandaskan diri pada agama yang suci, meski mereka tetap mengkritik otoritas gereja pada saat itu, namun tak sampai tidak mempercayai legitimasi agama mereka, apalagi sampai atheis tak bertuhan.
Memang etika dan kritisisme yang dibawa oleh kant, banyak dipertanyakan dan banyak ambiguitas pada pokok pembahasannya, terutama metafisikanya. Karl ameriks adalah salah satu yang mencoba mengkritik hal tersebut. Menurutnya metafisik yang diajukan oleh kant, memang membunuh filsafat tradisional, namun tidak serta merta melenyapkan hantu-hantunya. Usut punya usut, kritik karl ameriks tersebut muncul, dikarenakan banyaknya pengandaian pada metafisika kant, dan pengajuan sintesis antara yang rasional dan yang empiris. Jika mundur ke masa david hume, dia menyatakan hanya inderawilah yang dapat mengetahui realitas secara pasti, karena kalau hanya dengan rasional yang lebih banyak menguak sesuatu yang idealis, maka yang tercipta hanya kepercayaan semata yang diketahui karena kebiasan-kebiasaan saja.
Selain itu, menyangkut tentang perang tuhan, dan hukum-hukum alam, muncul juga pertanyaan yang mendasar. Pertanyaan tersebut adalah bagaimana sebenarnya hubungan tuhan dengan alam ... ???. pada akhir abad ke-18, sains menjadi motor gerakan para ilmuan pada saat itu, dan kemajuan teknologi disinyalir sebagai hasil penelitian dan analisis panjang ilmuan kala itu. Jika dilihat dari aspek filsafat sejarahnya hegel, memang pada masa tersebut, kemajuan yang ada adalah perubahan yang benar-benar sulit dibendung, banhkan ada yang berani tak bisa dibendung. Zaman dengan teknologi yang sudah sedemikian rupa, menjadi masa yang berkemajuan total kearah modernitas, melampau masa-masa sebelumnya. Semua siap disaji, dengan segala kemajuan yang siap saji.
Karenanya, skeptisisme yang merupakan sebuah bentuk keragu-raguan terhadap agama, menjadikan agama pada saat itu pula kehilangan bentuk legitimasi maupun esensial maknanya. Ilmuan terlalu tinggi mengangkat kepalanya ke awan, sedang mereka lupa asal dan siapa mereka sebenarnya. Dari tinjauan ini, teknologi seakan-akan menjadi tuhan baru mereka, yang mereka ciptakan sendiri, untuk dibangga-banggakan kemudian.
Perdebatan yang amat menakjubkan, dan sengit muncul dikemudian hari, ketika kritisisme kant terhadap metafisika tradisional melaju deras mengkritik pola metafisika abad pertengahan, dengan pola pikir yang cenderung metafisis-religius. Kant mengkritik hal tersebut, kemudian merumuskan metafisikanya yang baru, yang banyak para filsuf menganggap memang kant membuat sebuah cara pandang yang berbeda terhadap metafisika sebagai salah satu cabang filsafat, baik secara definitif dan sudut pandang serta gaya metafisiskanya yang masih kental dengan epistemologi, guna mencari substansi utama apa yang menyebabakan sebuah realitas itu terjadi.
Sebelum jerman moncer dengan filsafat yang dibawa oleh kant, inggris dan perancis sudah mendahuluinya. Deisme yang muncul di inggris dan perancis, menjadi sebuah paham yang melandaskan bahwa tuhan hanyalah memproduksi hukum-hukum alam saja, sehingga tuhan tidak ikut campur dan andil dalam terbentuknya sejarah dan berbagai perubahan pada dunia, karena otoritas tersebut mutlak oleh gerak manusia. Alhasil mereka yang termakan pada uraian tersebut, mereka lebih memilih untuk mengkritik agama mereka yang suci, merasa skeptis, dan mengambil tindakan untum menjadi seorang atheis.
Berbanding terbalik dengan kedua negara tersebut, orang-orang jerman justru tetap melandaskan diri pada agama yang suci, meski mereka tetap mengkritik otoritas gereja pada saat itu, namun tak sampai tidak mempercayai legitimasi agama mereka, apalagi sampai atheis tak bertuhan.
Memang etika dan kritisisme yang dibawa oleh kant, banyak dipertanyakan dan banyak ambiguitas pada pokok pembahasannya, terutama metafisikanya. Karl ameriks adalah salah satu yang mencoba mengkritik hal tersebut. Menurutnya metafisik yang diajukan oleh kant, memang membunuh filsafat tradisional, namun tidak serta merta melenyapkan hantu-hantunya. Usut punya usut, kritik karl ameriks tersebut muncul, dikarenakan banyaknya pengandaian pada metafisika kant, dan pengajuan sintesis antara yang rasional dan yang empiris. Jika mundur ke masa david hume, dia menyatakan hanya inderawilah yang dapat mengetahui realitas secara pasti, karena kalau hanya dengan rasional yang lebih banyak menguak sesuatu yang idealis, maka yang tercipta hanya kepercayaan semata yang diketahui karena kebiasan-kebiasaan saja.
Selain itu, menyangkut tentang perang tuhan, dan hukum-hukum alam, muncul juga pertanyaan yang mendasar. Pertanyaan tersebut adalah bagaimana sebenarnya hubungan tuhan dengan alam ... ???. pada akhir abad ke-18, sains menjadi motor gerakan para ilmuan pada saat itu, dan kemajuan teknologi disinyalir sebagai hasil penelitian dan analisis panjang ilmuan kala itu. Jika dilihat dari aspek filsafat sejarahnya hegel, memang pada masa tersebut, kemajuan yang ada adalah perubahan yang benar-benar sulit dibendung, banhkan ada yang berani tak bisa dibendung. Zaman dengan teknologi yang sudah sedemikian rupa, menjadi masa yang berkemajuan total kearah modernitas, melampau masa-masa sebelumnya. Semua siap disaji, dengan segala kemajuan yang siap saji.
Karenanya, skeptisisme yang merupakan sebuah bentuk keragu-raguan terhadap agama, menjadikan agama pada saat itu pula kehilangan bentuk legitimasi maupun esensial maknanya. Ilmuan terlalu tinggi mengangkat kepalanya ke awan, sedang mereka lupa asal dan siapa mereka sebenarnya. Dari tinjauan ini, teknologi seakan-akan menjadi tuhan baru mereka, yang mereka ciptakan sendiri, untuk dibangga-banggakan kemudian.
Comments
Post a Comment