Pada suatu hari, Matahari tepat melintas di kepala saya. Suara bising lalu lintas membuat saya gerah. Saya mempercepat langkah. Tiba-tiba, kaki saya menyepak sebuah botol. Pada sekeliling tubuh botol itu tertulis nama Amelia. Antara sadar dan tidak saya memungutnya. Lalu menempelkan bibir saya padanya. Sambil memicingkan mata, saya ulangi berkali-kali. Dan saya katakan dalam hati: “Amelia. Beginilah cara saya mencintaimu.”
Di lain hari. Pernah juga di Gramedia Lembuswana Samarinda saya melakukan sebuah ketololan tak terduga. Saat itu sedang ribut masalah demonstrasi mahasiswa Unmul. Jalanan macet dan polisi sibuk menghardik. Saat itulah saya menyelinap menghindari pemandangan yang sangat biadap itu. Saya langsung meluncur ke lantai 2 Gramedia. Saya ingin mencari buku-buku yang mengulas tentang Amelia. Dalam imajinasi saya, sastrawan Danarto, juga sering melakukannya. Maka saat itu saya langsung menghampiri buku-buku yang dipajang di rak Sastra. Tapi tak satu pun saya temukan kosa kata Amelia dalam semua buku yang saya lihat. Padahal semua buku tersebut sudah saya buka segelnya tanpa membelinya.
Akhirnya saya duduk lemas di dinding rak sambil mengutuk kerinduan saya. Tiba tiba kemudian seorang gadis melintas tetap didepan saya. Langkah betisnya hampir menginjak hidung saya. Tak sadar kemudian saya menyentuhnya. Dan gadis itu berhenti. Lalu membentak saya: “Hei sialan! Kenapa raba-raba?” Lalu saya jawab dengan sewenang-wenang: “Ini kan kaki Amelia.”
Comments
Post a Comment